Senin, 12 Juli 2010
Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masa KehamilanPERAWATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASA KEHAMILAN
PRINSIP PENGELOLAAN Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu hamil.
PROSEDUR PERAWATAN GIGI DAN MULUT Dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dokter gigi harus berhati-hati dengan mempertimbangkan perlindungan bagi ibu hamil dari calon bayi yang sedang berkembang, khususnya pada trimester pertama (Burket, 1971 ; McCarthy, 1979; Lynch, 1984). Adakalanya dokter gigi menghindari perawatan gigi dan mulut pada trimester pertama dengan berdasarkan pertimbangan riwayat medis pasien, misalnya pada pasien yang mengalami rasa lesu, pusing, mual dari muntah-muntah. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua (Lynch, 1984; Sculy dan Cawson 1993). Pada umumnya perawatan yang dilakukan terhadap pasien hamil dibatasi pada prosedur-prosedur operative yang sederhana, seperti penambalan karies gigi, pencabutan gigi yang tidak menimbulkan komplikasi dari tindakan skeling/root planing (Burket, 1971; Lynch,1984; Barber dan Graber,1974). Perawatan terutama ditujukan untuk mengontrol penyakit yang sedang terjadi dan menyingkirkan faktor-faktor yang dapat memperburuk keadaan rongga mulut pada akhir kehamilan dan setelah melahirkan. Prosedur endodontik standart dapat dilakukan selama masa kehamilan, dilakukan dengan menggunakan tehnik yang asepsis dan menghindari keadaan yang dapat menimbulkan stress bagi pasien (Barber dan Graber,1974). Prosedur-prosedur yang dapat menimbulkan stress atau yang melelahkan bagi pasien, seperti pengambilan gigi terpendam sebaiknya dihindari atau ditunda dulu I (Burket,1971; McCarthy,1979). Prenancy tumor apabila menimbulkangangguan,perdarahan yang berlebihan, dokter gigi dapat melakukan perawatan dengan pembedahan pada masa kehamilan. Perawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan eksisi, kauterisasi atau gingivektomi di bawah anestesi lokal (Barber dan Graber, 1974; Killey, 1979; Sonis dkk,1995). Radiografi gigi. Penggunaan radiograph sebaiknya dihindari terutama pada trimester pertama dari kehamilan. Pada saat ini perkembangan janin sangat peka terhadap radiasi (Lynch,1984;Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995). Bila wanita hamil terkena radiasi akan mengakibatkan keguguran, perubahan bentuk atau kelainan pertumbuhan pada janin dan kematian pada janin yang sedang dikandung (Lukman,1995). Apabila radiograph diperlukan sekali, terutama untuk membantu menegakkan diagnosa yang tepat, pada pasien hamil harus diberikan pengamanan untuk menghindari terjadinya pengaruh negatif radiasi pada janin. Baju timah atau apron dapat digunakan sebagai perlindungan yang adekuat (Lynch,1984; Sonis dkk,1995; Lukman,1995) . Pemakaian obat-obatan. Pemberian obat-obatan pada masa kehamilan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Seperti kita ketahui, dalam kedokteran gigi obat-obatan berfungsi untuk menyempurnakan hasil perawatan gigi yang dilakukan. Tetapi pada pasien hamil sebaiknya pemberian obat-obatan sedapat mungkin dihindari, terutama pada trimester pertama (Mc Carthy,1979; Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995). Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pengaruh teratogenik obat pada janin. Penganuh teratogenik yaitu terjadinya gangguan pertumbuhan janin, merupakan kejadian yang sungguh penting karena dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, keguguran dan cacat bawaan yang sementara ataupun menetap (Samin,1986). Faktor penentu terjadinya pengaruh teratogenik pada penggunaan obat bagi wanita hamil yaitu status fisiologi ibu, status patologi ibu, usia kehamilan saat pemberian obat, kemudahan filtrasi obat melalui plasenta, dosis dan lama terapi obat dan daya teratogenik obat (Samin,1986). Beberapa obat-obatan yang biasa digunakan di kedokteran gigi belum menunjukkan pengaruh yang buruk pada janin (Mc Carthy,1979; Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995). Tetapi ada obat-obatan yang dengan cepat dapat melalui plasenta, dan setiap dokter gigi harus sadar akan kemungkinan pengaruh negatif yang mengenai janin (Salim, 1 980; Lynch,1984).
PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DALAM KEHAMILAN. Keperluan akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan untuk diperhatikan. Adanya kerusakan gigi atau pendarahan dan pembengkakan gusi atau gejala lainnya di rongga mulut akan menimbulkan berbagai gangguan terutama pada waktu makan (Adyatmaka,1992). Untuk mencegah timbulnya ganguan di rongga mulut selama masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di rongga mulut selama masa kehamilan. Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu : 1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, setelah ini segera bersihkan mulut dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi. 2. Mengatur pola makanan dan menghindari makanan yang bersitat kariogenik. 3. Menyikat gigi secara teratur. 4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang kontraindikasi.
Daftar pustaka Adyatmaka, A. 1992. Buku Pegangan Materi Kesehatan Gigi Mulut Untuk Kegiatan KIA diPosyandu (UKGMD). Departemen Kesehatan RI. 1-8. Barber, HRK; Graber, EA. 1974.Surgical Diseases in Pregnancy. Philadelphia. WB Saunders Company. 257-258. Burket, L W. 1971. Oral Medicine, Diagnosis and Treatment .Ed. Ke-6. Philadelphia. JB Lippincot Company. Forest, JO. 1995. Pencegahan Penyakit Mulut, alih bahasa drg. Lilian Yuwono. Ed. Ke-2. Hipokrates. Jakarta. 114-115. Killey, HC; Steward, GR; Kay, LW. 1975. An Outline of Oral Surgery, Part 1. Bristol. John Wright & Son's Ltd. 170. Lukman, D. 1995. Dasar-dasar Radiologi Dalam Kedokteran Gigi. Ed. Ke-2. Jakarta. Widya Medika. 36,62. Lynch, MA. 1984. Burket Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. Ed. Ke-8. Philadelphia. JB Lippincot Company. 837-840. Mc Carthy, FM. 1979. Emergencies in Dental Practice. Ed. Ke-3. Philadelphia. WB unders Company. 417-418. Piborg, JJ. 1994. Atlas Penyakit Mulut, alih bahasa drg. Kartika Wangsaraharja. Ed. Ke .1 Binarupa Akasara. Jakarta. 226-227. Pritchard, JA; Mac Donald, PC; Gand, NF. 1991. Obstetri William. Ed. Ke-17. Surabaya. Airlangga University Press. 282, 303. Scully, C. Crowson, RA.1993. Medical Problems in Dentistri. Ed. Ke-3. Oxford. Wright. :292-296. Scully, C; Cawson, RA. 1995. Atlas Bantu Kedokleran Gigi Penyakit Mulut, alih bahasa Lilian Yuwono. Hipokrates. Jakarta. 123. Sonis,ST; Fauzio, RC; Fang, L. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. Ed. Ke-2 Philadelphia. WB Saunders Company. 164-167.
Minggu, 11 Juli 2010
Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat.
Sementara ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat yaitu karies gigi dan periodental, karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan mematikan.
Penyakit Periodental itu sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam calculus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti gingivitis (peradangan hanya pada gusi), biasanya gigi bewarna merah dan mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.
Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, karena kesehatan mulut dan gigi sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita baik anak‐anak maupun orang dewasa, dan menjadi masalah yang sangat merugikan masyarakat. WHO juga menyatakan dua penyakit mulut yang utama adalah karies dan penyakit periodental.
Adapun penyebab kedua penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksakan kesehatan gigi.
Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut, faktor pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terhadap pengetahuan sikap, dan perilaku seseorang untuk hidup sehat, sehingga diharapkan seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan. Dan alangkah baiknya berbagi dengan masyarakat yang tingkat pendidikanya rendah, dan membutuhkan lebih banyak lagi informasi.
Tindakan pencegahan terhadap karies gigi adalah dengan cara fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garam dapur, fluoridasi minuman susu dan peningkatan diet yang sehat untuk tindakan yang kearah masyarakat. Sedangkan untuk tindakan perseorangan, yakni meliputi tindakan sendiri dibawah supervisi, kumurkumur Fluor, tablet Fluor dan menyikat gigi dengan cairan Fluor, gels, dan pasta.
Untuk pencegahan penyakit periodental yang dilakukan masyarakat adalah pengambilan plak oleh individu, pengambilan flak oleh profesional dan khemoterafi, sedangkan untuk tindakan di praktek yang dilakukan yaitu pendidikan kesehatan pada pasien dan komunikasi dengan dokter serta tenaga kesehatan lain yang terkait.
Bagaimana merubah perilaku masyarakat ke arah penanaman kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut ? Tentunya perlu edukasi kesehatan gigi. Pemberian pengetahuan ini bisa dilakukan oleh dokter gigi di praktek ataupun saat dilapangan, atau tenaga kesehatan khususnya gigi. Pendidikan kesehatan yang diberikan adalah meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, masyarakat harus semakin sadar bahwa perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan yang segera dan tidak boleh dianggap remeh.
Dengan demikian diharapkan rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, yang menggariskan arah pembangunan kesehatan yang mengedepankan paradigma sehat, khususnya penanggulangan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta pencegahannya akan terwujud. Mari kita mulai pola hidup sehat dengan menjaga kesehatan secara utuh dan menyeluruh dengan maksimal.(admin/RM11)
Sementara ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat yaitu karies gigi dan periodental, karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan mematikan.
Penyakit Periodental itu sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam calculus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti gingivitis (peradangan hanya pada gusi), biasanya gigi bewarna merah dan mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.
Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, karena kesehatan mulut dan gigi sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita baik anak‐anak maupun orang dewasa, dan menjadi masalah yang sangat merugikan masyarakat. WHO juga menyatakan dua penyakit mulut yang utama adalah karies dan penyakit periodental.
Adapun penyebab kedua penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksakan kesehatan gigi.
Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut, faktor pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terhadap pengetahuan sikap, dan perilaku seseorang untuk hidup sehat, sehingga diharapkan seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan. Dan alangkah baiknya berbagi dengan masyarakat yang tingkat pendidikanya rendah, dan membutuhkan lebih banyak lagi informasi.
Tindakan pencegahan terhadap karies gigi adalah dengan cara fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garam dapur, fluoridasi minuman susu dan peningkatan diet yang sehat untuk tindakan yang kearah masyarakat. Sedangkan untuk tindakan perseorangan, yakni meliputi tindakan sendiri dibawah supervisi, kumurkumur Fluor, tablet Fluor dan menyikat gigi dengan cairan Fluor, gels, dan pasta.
Untuk pencegahan penyakit periodental yang dilakukan masyarakat adalah pengambilan plak oleh individu, pengambilan flak oleh profesional dan khemoterafi, sedangkan untuk tindakan di praktek yang dilakukan yaitu pendidikan kesehatan pada pasien dan komunikasi dengan dokter serta tenaga kesehatan lain yang terkait.
Bagaimana merubah perilaku masyarakat ke arah penanaman kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut ? Tentunya perlu edukasi kesehatan gigi. Pemberian pengetahuan ini bisa dilakukan oleh dokter gigi di praktek ataupun saat dilapangan, atau tenaga kesehatan khususnya gigi. Pendidikan kesehatan yang diberikan adalah meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, masyarakat harus semakin sadar bahwa perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan yang segera dan tidak boleh dianggap remeh.
Dengan demikian diharapkan rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, yang menggariskan arah pembangunan kesehatan yang mengedepankan paradigma sehat, khususnya penanggulangan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta pencegahannya akan terwujud. Mari kita mulai pola hidup sehat dengan menjaga kesehatan secara utuh dan menyeluruh dengan maksimal.(admin/RM11)
Langganan:
Postingan (Atom)